TRIBUNPALUCOM - Fenomena udara dingin dirasakan di sebagian wilaah Indonesia pada beberapa hari terakhir, BMKG memberikan penjelasan ilmiah terkati fenomena ini. BMKG fdalam keterangannya menyatakan, fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli - September).. Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode Meningkatnyasuhu dirasakan lebih panas atau terik dari biasanya pada bulan Mei ini sebenarnya adalah hal yang wajar. Dalam analisis klimatologi, sebagian besar lokasi-lokasi pengamatan suhu udara di Indonesia menunjukkan dua puncak suhu maksimum, yaitu pada bulan April/Mei dan September. Selaindihadapkan pada pandemi COVID-19, tahun ini diperkirakan suhu udara di Arab Saudi meningkat jadi sekitar 50 derajat celcius saat puncak haji Juni-Juli mendatang. Hal ini menjadi perhatian Kemenkes RI agar jemaah haji dan petugas kesehatan bersiap menghadapinya agar terhindar dari kondisi heat stroke (serangan panas). Vay Tiền Nhanh. Jakarta - Apakah kamu merasa gerah akhir-akhir ini? Fenomena suhu panas di Indonesia rupanya bukan gelombang panas seperti yang terjadi dan menimbulkan korban di India. Lantas, kenapa udara terasa panas sejak awal Mei 2022?Badan Klimatologi, Meteorologi, dan Geofisika menyatakan, suhu udara panas dan sumuk di sebagian wilayah Indonesia karena awal atau puncak musim kemarau dan gerak semu matahari ditimpali pula dengan udara panas yang tertahan karena pusaran kembar di Samudera Hindia di barat Sumatra. Suhu udara yang panas ini dirasakan di beberapa tempat di Sumatra dan Indonesia bagian selatan sejak awal Mei 2022, sekitar libur Lebaran dan setelahnya. Sekitar 2-8 stasiun cuaca BMKG melaporkan suhu udara maksimum besar dari 35° C. Stasiun cuaca Kalimaru, Kaltim dan Ciputat, Banten bahkan mencatat suhu maksimum sekitar 36° C beberapa hari maksimum sekitar 36° C di bulan Mei 2022 ini bukan suhu tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia. Rekor suhu tertinggi yang pernah dirasakan di Indonesia adalah 40° C, tepatnya di Larantuka, NTT pada 5 September 2012 Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko menegaskan lagi, kejadian suhu panas di Indonesia tidak termasuk kategori gelombang panas seperti di India. Sebab, suhu udara panas di Indonesia memenuhi definisi kejadian ekstrim meteorologis oleh Badan Meteorologi Dunia WMO, yaitu anomali lebih panas 5 derajat Celcius dari rata-rata klimatologis suhu maksimum di suatu lokasi dan minimal berlangsung 5 menambahkan, gelombang panas umumnya juga terjadi di wilayah luas karena sirkulasi cuaca tertentu. Sirkulasi cuaca inilah yang memicu penumpukan massa udara menjelaskan, peningkatan suhu menjadi lebih panas atau terasa terik di bulan Mei sebenarnya anomali suhu yang lebih panas dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Indonesia mengindikasikan faktor lain yang mengamplifikasi periode puncak suhu udara faktor penyebab suhu udara panas dan terasa gerah akhir-akhir ini1. Awal dan Puncak Musim KemarauUrip menjelaskan, dalam analisis klimatologi, bulan April atau Mei dan September merupakan 2 waktu puncak suhu maksimum yang tercatat di mayoritas lokasi pengamatan suhu udara di Indonesia. Sebab, kedua bulan ini mendapat pengaruh dari dominasi cuaca cerah awal atau puncak musim kemarau serta posisi gerak semu Massa Udara Panas Tertahan Bikin GerahMassa udara panas tertahan di atas sebagian wilayah Sumatra dan Jawa karena sirkulasi massa udara. Alhasil, udara musim kemarau yang manas jadi makin iklim periode 1 - 10 Mei 2022 menunjukkan, suhu muka laut di wilayah Samudera Hindia barat Sumatra dan Laut Jawa lebih hangat. Suhu hangat ini menambah suplai udara lembab karena penguapan permukaan laut jadi lebih itu, analisis sirkulasi angin mendapati ada pusaran kembar double vortex di bagian utara dan selatan belahan bumi sebelah barat Sumatra karena gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation MJO aktif di area tersebut. Di sisi lain, di atas Pulau Kalimantan juga muncul vortex, meskipun lebih di atas menyebabkan angin di atas sebagian wilayah Jawa dan Sumatra menjadi lemah dan cenderung stabil, sehingga udara yang lembab dan panas cenderung tertahan tidak bergerak ke udara yang tinggi membuat udara terasa panas dan tidak nyaman atau gerah. Suhu tinggi di udara dengan kelembaban tinggi membuat udara terasa sumuk atau gerah. Sementara itu, jika udara kering atau kelembaban rendah, maka suhu tinggi membuat udara terasa terik dan Perubahan IklimUrip mengatakan, anggapan kejadian suhu harian yang tinggi di Indonesia disebabkan perubahan iklim tidak salah. Kendati demikian, menurutnya anggapan ini tidak dapat dibenarkan menjelaskan, setiap satuan kejadian cuaca tidak dapat diatribusikan secara langsung ke pemanasan global atau perubahan iklim. Sebab, perubahan iklim harus dibaca dari rentetan data iklim yang panjang, tidak hanya dari satu Tren Kenaikan Suhu di IndonesiaMeskipun begitu, kata Urip, tren kejadian suhu panas dapat dikaji dalam series data yang panjang. Contoh, apakah terjadi perubahan polanya, baik magnitudo panasnya, maupun keseringan kejadiannya."Analisis pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir menunjukkan peningkatan suhu permukaan dengan laju yang bervariasi. Secara umum, tren kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah," kata Urip dalam laman BMKG, dikutip Kamis 19/5/2022.Ia merinci, Pulau Sumatra bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami tren kenaikan besar dari C per dekade. Sementara itu, laju peningkatan suhu permukaan tertinggi diketahui terjadi di Stasiun Meteorologi Temindung, Kalimantan Timur dengan C per laju terendah peningkatan suhu permukaan terdapat di Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin, Bima dengan C per dekade. Di Jakarta sendiri dan sekitarnya, suhu udara permukaan meningkat dengan laju - C per menyimpulkan, kejadian suhu udara panas akhir-akhir ini di Indonesia memang dipengaruhi faktor klimatologis yang diamplifikasi atau jadi lebih panas karena dinamika atmosfer skala regional dan skala meso. Alhasil, udara terkesan lebih sumuk atau gerah."BMKG sekali lagi juga meyakinkan bahwa kondisi ini bukanlah termasuk kondisi ekstrim yang membahayakan seperti gelombang panas "heatwave", meskipun masyarakat tetap dihimbau untuk menghindari kondisi dehidrasi dan tetap menjaga kesehatan," jangan lupa minum dan jaga kesehatan terutama selama suhu udara panas dan gerah sepanjang Mei 2022 ya, detikers! Simak Video " Spanyol Panas Banget! Suhunya Tembus 40 Derajat Celcius" [GambasVideo 20detik] twu/pal Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG menemukan bahwa kondisi es di Papua semakin menipis. Hal ini ditunjukkan dalam hasil pemantauan berkala oleh tim BMKG dan PT Freeport Indonesia PTFI sejak 2010 hingga tersebut pun semakin diperkuat dengan hasil penelitian BMKG bersama The Ohio State University, Amerika Bidang Litbang Klimatologi BMKG, Donaldi S. Permana, mengatakan bahwa selama 2010 hingga 2015, BMKG menemukan es menipis sekitar 5 m dengan laju penipisan 1,05 m per tahun. Pada November 2015 hingga 2016, penipisan es sangat signifikan hingga 5 m. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh efek El Niño pada 2015 hingga 2016 yang sangat itu, pada awal 2021 foto udara menunjukkan ketebalan es telah berkurang 12,5 m lagi sejak November 2016 atau setara dengan laju penipisan sekitar 2,5 m per tahun."Kami menggunakan pemodelan CORDEX-SEA dan data observasi untuk memprediksi hilangnya tutupan es Papua berdasarkan proyeksi iklim di masa depan," kata Donaldi dalam tulisannya di The Conversation."Hasilnya, tutupan es di Puncak Jaya diperkirakan hilang pada 2026," laju penipisan gletser bisa lebih parah. Gletser dapat habis total paling cepat pada tahun 2024. Risiko ini semakin besar karena El Niño yang membuat iklim bumi lebih hangat-dapat terjadi pada tahun terbaru dari satelit Sentinel-2A juga menunjukkan penyusutan luas tutupan es Papua yang tidak terbendung. Menurut laporan tersebut, penyusutan sebesar 0,27 km persegi terjadi pada Juli 2021 dan 0,23 persegi pada April tutupan es salju yang berketinggian meter di atas permukaan laut ini menciut sampai 98%, dari 19,3 km persegi pada 1850 menjadi hanya 0,34 km persegi pada Mencair Sejak Revolusi IndustriGletser Papua sendiri merupakan gletser tropis terakhir yang tersisa di wilayah Pasifik Barat. Puncak Jaya memiliki salju karena di ketinggian tersebut suhu sangat rendah, yakni di bawah 0 derajat Celsius dan kandungan uap air cukup tinggi. Jika kondisi itu terjadi dalam waktu yang lama, salju tersebut akan terakumulasi dan membentuk lapisan es atau Papua diperkirakan sudah mencair sejak revolusi industri atau sekitar 1850. Emisi dari aktivitas industri meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sehingga suhu permukaan bumi meningkat. Tren serupa juga terjadi di gletser tropis lainnya di Amerika Selatan dan satu faktor penyebab pencairan es Papua adalah peningkatan ketinggian lapisan titik beku yang melampaui ketinggian gletser sejak awal 2000 akibat iklim yang berubah. Peningkatan ketinggian lapisan tersebut membuat suhu di sekitar gletser cenderung lebih hangat dari dari PT Freeport Indonesia 1997-2016 menunjukkan, probabilitas rata-rata suhu harian kurang dari 0 derajat Celcius sangat kecil sejak 1997. Hal ini berakibat pencairan gletser tidak es juga dipercepat oleh lebih banyak uap air yang berkondensasi menjadi air hujan dibandingkan menjadi salju. Kemudian, adanya retakan-retakan crevasses pada permukaan es akibat pergerakan es sehingga memungkinkan air hujan masuk ke dasar gletser yang juga berperan dalam proses pencairan dasar es basal melting.Susutnya luas tutupan es menyebabkan luas batuan berwarna gelap di sekitar es bertambah. Permukaan batuan menyerap lebih banyak panas dari pada permukaan es sehingga turut mempercepat pencairan es dari bagian samping dan dasar es. [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Heboh Wilayah RI Panas Mendidih, Ini Penjelasan BMKG! luc/luc Di gunung suhunya dingin banget! Tahukah kamu kenapa bisa dingin begitu? Artikel Fisika Kelas XI ini akan menjawabnya. — Seusai lebaran seperti sekarang ini, kamu mungkin ingin kembali jalan-jalan setelah sebulan penuh menjalani puasa. Bagi kamu yang anak gunung, mungkin juga sudah punya gunung incaran untuk didaki dalam waktu dekat. Anak gunung pasti tahu kalau suhu di perkotaan dengan suhu di puncak gunung sangat berbeda. Jangankan di perkotaan deh, suhu di kaki gunung saja beda banget dengan suhu di puncaknya. Sudah optimis sejak dari pos pertama untuk bisa sampai di puncak, eh, belum sampai puncak sudah kedinginan. Mana kadang pemandunya suka ngeselin, kan. Pas kita tanya, “Puncak masih jauh, bang?” Dengan santainya, mamang pemandu cuma nengok ke arah kita sambil senyum terus bilang, “Itu di depan. Sebentar lagi.” Tiga jam kemudian, ternyata masih setengah jalan dari puncak. Yhaaa. Mantap, mank. Sebel. Sumber GIPHY Kembali ke bahasan awal, tahu nggak kenapa, sih, suhu di puncak gunung malah justru lebih dingin? Bukannya jarak ke matahari semakin dekat jika kita naik ke puncak gunung yang tinggi? Ya, walaupun nggak sejengkal dari kepala kita juga, sih. Karena kalau begitu, kita bukan di gunung, tapi di padang Mahsyar. Matahari sudah terik, cuaca cerah, seharusnya semakin tinggi kita mendaki gunung suhunya menghangat nggak, sih? Tapi kenyataan berkata lain, yang dirasakan malah terpaan angin dingin menyelimuti tubuh kita. Kenyataan kadang memang pahit dingin. Baca Juga Apa yang Terjadi Jika Matahari Menghilang? Awalnya padahal rencana mau foto-foto di puncak gunung, nggak tahunya baru sadar kalau salah bawa jaket. Bukannya jaket khusus buat naik gunung yang bisa melindungi tubuh dari suhu dingin, yang dibawa malah jaket Dilan. Nah, biar kalau naik gunung punya obrolan yang bernuansa ilmiah, kita cari tahu dulu yuk apa itu suhu dan kenapa suhu di puncak gunung bisa dingin banget. Ngobrol di gunung. Sumber GIPHY Dalam fisika, suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda atau zat. Suhu diukur dengan menggunakan alat yang dikenal sebagai termometer. Satuan suhu dalam Sistem Internasional SI adalah Kelvin K, tetapi secara umum di dunia timur, termasuk Indonesia, menggunakan satuan Celcius °C dalam kehidupan sehari-hari. Satuan-satuan internasional ini dibuat karena sebelum ditemukannya termometer, manusia mengukur suhu hanya dengan indera peraba, membuat angka suhu yang didapatkan masih bersifat subjektif. Misalnya dalam mengukur suhu air. Seseorang yang sudah tinggal lama di pegunungan mungkin akan merasa air di sana baik-baik saja, adem, suhunya normal. Tapi, ketika ada orang kota yang ingin mandi dengan air di pegunungan, mereka akan merasa kedinginan. Nah, orang pegunungan dan orang kita ini tentu punya persepsi yang berbeda tentang suhu air tersebut, kan. Tapi, setelah melakukan riset bertahun-tahun, beberapa ilmuwan berbeda merumuskan masing-masing perhitungan satuan suhunya yang lebih objektif, mulai dari Celcius, Kelvin, Fahrenheit, hingga Reamur. Kembali lagi ke pembahasan mengenai puncak gunung yang dingin. Sebenarnya, nilai jarak suatu tempat di bumi dari matahari nggak berpengaruh sama sekali dengan panas atau dinginnya suatu tempat tersebut, lho. Bayangkan saja, jarak dari bumi ke matahari adalah sekitar meter, sementara jarak dari puncak gunung dalam contoh ini adalah Gunung Merbabu ke permukaan air laut hanya sekitar meter, jarak yang masih belum bisa dikatakan dekat dengan Matahari. Penyebab utama kenapa suhu di puncak gunung sangat dingin bila dibandingkan dengan suhu di perkotaan atau dataran rendah adalah tekanan udara. Tapi, sebelum kita ke penjelasan utama, kenalan dulu dengan si tekanan udara ini saja kali, ya. Biar lebih mashook. Baca Juga Mengatasi Tekanan Hidup dengan Rumus Fisika Jadi, udara diketahui memiliki massa walaupun sangat kecil. Akan tetapi, dengan jumlah udara yang sangat banyak, massa udara nggak bisa dianggap kecil lagi. Di bumi kita, ada yang namanya gravitasi, yang menarik udara ini ke bawah sehingga dikenal namanya berat. Berat udara inilah yang akan menekan permukaan bumi sehingga timbul tekanan udara. Dengan kata lain, tekanan udara adalah besarnya berat udara pada satu satuan luas bidang tekan dalam hal ini permukaan bumi. Di dataran rendah atau di ketinggian permukaan laut, tekanan udara sangat tinggi. Di kondisi dengan tekanan udara yang tinggi itu, ada begitu banyak molekul udara yang bergerak cepat dan saling bertabrakan satu sama lain, yang mana fenomena tersebut pada akhirnya menciptakan suhu panas. Nah, hal itu berbeda jika kita berada di puncak gunung yang tinggi. Semakin tinggi kita dari permukaan laut, maka tekanan udaranya semakin rendah. Pada kondisi dengan tekanan udara yang rendah ini, molekul udara akan bergerak lebih lambat, sehingga tidak ada tabrakan antarmolekul udara yang terjadi. Hasilnya, tercipta lebih sedikit panas, suhu akan terasa lebih dingin. Gimana, Squad. Sekarang sudah tahu dong kenapa suhu di puncak gunung malah lebih dingin? Walaupun berada di puncak gunung yang tinggi, pada dasarnya kita masih berada di planet bernama Bumi, nggak serta-merta berjarak lebih dekat dengan Matahari tuh. Kalau kamu tertarik belajar suhu lebih jauh, langsung buka ruangbelajar deh. Penjelasan di sana akan sangat menarik lewat video belajar beranimasi.

suhu udara di puncak